Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam sektor pendidikan. Dalam konteks pendidikan Islam, integrasi teknologi digital menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pengelola lembaga pendidikan dalam mengembangkan sistem manajemen yang lebih efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Transformasi manajemen pendidikan Islam bukan hanya tentang penerapan teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga mencakup pergeseran paradigma dalam pengelolaan institusi, metode pengajaran, serta pembentukan karakter peserta didik menuju Generasi Madani 5.0. Generasi ini dicirikan oleh kemampuan mengoptimalkan teknologi digital tanpa mengesampingkan nilai-nilai Islam sebagai fondasi moral dan etika.
Era Digital 4.0 yang ditandai dengan otomatisasi, big data, kecerdasan buatan, dan konektivitas global telah menjadi landasan bagi lahirnya konsep Society 5.0 yang diperkenalkan oleh Jepang. Konsep ini menekankan pada keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan (Fukuyama, 2018). Dalam konteks pendidikan Islam, penerapan paradigma ini sejalan dengan tujuan membentuk insan kamil yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki keunggulan moral, spiritual, dan sosial. Oleh karena itu, transformasi manajemen pendidikan Islam harus dirancang secara strategis agar mampu melahirkan generasi yang memiliki kompetensi akademik serta akhlak yang luhur.
Secara historis, pendidikan Islam telah mengalami berbagai fase perkembangan sejak zaman klasik hingga modern. Pada era klasik, pendidikan Islam berpusat pada masjid dan madrasah yang mengajarkan ilmu agama serta berbagai ilmu umum seperti filsafat, kedokteran, dan astronomi (Makdisi, 1981). Seiring perkembangan zaman, sistem pendidikan Islam mulai mengadopsi metode modern dengan mengintegrasikan kurikulum berbasis ilmu pengetahuan kontemporer. Kini, di era digital, tantangan yang dihadapi semakin kompleks, terutama dalam mengadaptasi teknologi tanpa mengorbankan esensi nilai-nilai Islam yang menjadi ruh pendidikan itu sendiri.
Transformasi digital dalam manajemen pendidikan Islam mencakup berbagai aspek, mulai dari tata kelola kelembagaan, sistem administrasi, metode pembelajaran, hingga evaluasi akademik. Implementasi Learning Management System (LMS), penggunaan kecerdasan buatan dalam pembelajaran adaptif, serta pemanfaatan big data dalam pengambilan keputusan menjadi beberapa contoh inovasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam modern (Selwyn, 2017). Di samping itu, penguatan literasi digital bagi tenaga pendidik dan peserta didik menjadi langkah esensial guna mengoptimalkan teknologi sebagai sarana peningkatan kualitas pendidikan.
Namun, transformasi ini tidak lepas dari tantangan, baik dari aspek teknis maupun filosofis. Dari sisi teknis, infrastruktur digital yang belum merata serta kesiapan sumber daya manusia dalam mengadaptasi teknologi masih menjadi kendala utama. Sementara itu, dari perspektif filosofis, terdapat kekhawatiran akan pengaruh negatif digitalisasi terhadap internalisasi nilai-nilai Islam, seperti munculnya budaya instan yang dapat melemahkan tradisi keilmuan yang berbasis pada ketekunan dan kesabaran dalam menuntut ilmu (Zubaidi, 2019). Oleh karena itu, strategi inovatif yang diterapkan harus mampu mengakomodasi kemajuan teknologi dengan tetap mempertahankan integritas pendidikan Islam sebagai sistem yang holistik dan berorientasi pada pembentukan akhlak mulia.