Bahaya Tasabub

Bahaya Tasabbub terhadap Sesuatu yang Berlebihan

Manusia, sebagai makhluk sosial dan religius, sering kali menghadapi dilema dalam menyeimbangkan berbagai aspek kehidupannya. Salah satu tantangan yang muncul adalah kecenderungan untuk bersikap berlebihan atau melampaui batas kewajaran, yang dalam bahasa Arab disebut sebagai tasabbub. Fenomena ini tidak hanya menyangkut ibadah atau agama tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang bahaya tasabbub, mulai dari pengertiannya, penyebabnya, dampaknya, hingga cara efektif untuk menghindarinya.

  1. Pengertian Tasabbub

Secara etimologis, tasabbub berasal dari akar kata sabab yang berarti “sebab” atau “menciptakan akibat.” Namun, dalam konteks perilaku, istilah ini merujuk pada sikap berlebihan dalam melakukan sesuatu sehingga melampaui batas yang sewajarnya. Dalam Islam, tasabbub sering dikaitkan dengan perilaku ekstrem yang tidak sesuai dengan ajaran wasathiyah atau moderasi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sebagai contoh, beribadah tanpa mengenal waktu istirahat hingga mengabaikan hak tubuh atau bersikap fanatik terhadap suatu ideologi tanpa mempertimbangkan dampak buruknya merupakan bentuk tasabbub. Dalam kehidupan modern, tasabbub juga mencakup perilaku berlebihan dalam mengejar harta, popularitas, atau gaya hidup.

  1. Penyebab Terjadinya Tasabbub

Sikap berlebihan ini tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab tasabbub, di antaranya:

  1. Pemahaman Agama yang Keliru
    Kurangnya pemahaman tentang ajaran agama yang sebenarnya mendorong seseorang untuk bersikap melampaui batas. Misalnya, seseorang yang ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, tetapi melakukannya dengan cara yang memberatkan diri dan tidak dianjurkan dalam syariat.
  2. Pengaruh Lingkungan Sosial
    Tekanan dari lingkungan sekitar, baik berupa budaya, keluarga, atau kelompok tertentu, sering kali memaksa individu untuk menunjukkan “kesempurnaan.” Misalnya, dalam masyarakat yang materialistis, seseorang dapat terjebak dalam gaya hidup mewah demi pengakuan sosial.
  3. Sifat Ambisius atau Perfeksionis
    Individu yang memiliki ambisi besar atau sifat perfeksionis cenderung ingin mencapai sesuatu tanpa mempertimbangkan batasan kemampuannya. Hal ini sering kali menyebabkan mereka mengabaikan aspek-aspek penting lain dalam hidup.
  4. Pengaruh Media dan Budaya Populer
    Di era digital, media sering kali mempromosikan standar yang tidak realistis, seperti definisi kesuksesan yang diukur dari kekayaan, penampilan, atau popularitas. Hal ini mendorong seseorang untuk melakukan apa saja demi memenuhi ekspektasi tersebut.
  5. Dampak Negatif Tasabbub

Sikap tasabbub dapat membawa berbagai dampak negatif yang tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan:

  1. Kerusakan Fisik dan Mental
    Berlebihan dalam bekerja, beribadah, atau mengejar ambisi dapat menyebabkan kelelahan fisik, stres berat, hingga gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atas dirimu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Ketidakseimbangan Hidup
    Tasabbub membuat seseorang mengabaikan aspek kehidupan lain yang sama pentingnya. Misalnya, terlalu fokus pada pekerjaan dapat mengabaikan keluarga, atau terlalu sibuk beribadah hingga melupakan kewajiban sosial.
  2. Munculnya Fanatisme dan Intoleransi
    Dalam konteks agama, sikap berlebihan dapat mengarah pada fanatisme atau bahkan radikalisme. Individu yang merasa paling benar sering kali sulit menerima perbedaan pendapat atau keberagaman.
  3. Kerugian Ekonomi dan Waktu
    Dalam dunia modern, tasabbub juga muncul dalam bentuk perilaku konsumtif atau mengejar standar hidup tinggi. Hal ini tidak hanya memboroskan uang, tetapi juga membuang waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
  4. Cara Menghindari Tasabbub

Untuk menghindari bahaya tasabbub, diperlukan usaha yang berkesinambungan, baik pada level individu maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  1. Memahami Prinsip Moderasi dalam Islam
    Islam mengajarkan wasathiyah atau moderasi sebagai pedoman hidup. Allah SWT berfirman:

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan…” (QS. Al-Baqarah: 143).

  1. Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
    Pemahaman yang benar tentang ajaran agama dan ilmu pengetahuan lainnya dapat membantu individu memahami batasan-batasan yang wajar dalam hidupnya.
  2. Mengatur Prioritas dengan Bijaksana
    Membuat perencanaan hidup yang seimbang antara pekerjaan, ibadah, dan rekreasi dapat membantu menghindari perilaku berlebihan.
  3. Melibatkan Diri dalam Komunitas yang Sehat
    Bergaul dengan orang-orang yang memiliki pola pikir moderat dan mendukung keseimbangan hidup dapat menjadi pendorong untuk menjauhi tasabbub.
  4. Introspeksi Diri secara Rutin
    Melakukan evaluasi terhadap diri sendiri secara rutin membantu individu menyadari apakah ia telah melampaui batas dalam berbagai aspek kehidupannya.
  5. Kesimpulan

Tasabbub atau sikap berlebihan adalah fenomena yang dapat mengancam keseimbangan hidup manusia. Dalam Islam, sikap ini bertentangan dengan prinsip moderasi (wasathiyah) yang menekankan pentingnya keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, serta berusaha menjalankan langkah-langkah pencegahan, seseorang dapat hidup lebih seimbang, harmonis, dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.